Banner 468 x 60

Loading...

FAWATIH AS-SUWAR

Advertisement



FAWATIH AS-SUWAR


            Setelah basmalah, terdapat dalam 29 surat sekelompok huruf- kadangkala bahkan huruf tunggal-yang telah banyak menyebabkan diskusi dan refleksi dalam sejarah pemikiran umat islam. Dalam catatan As-suyuthi, ada kurang lebih 20 pendapat yang berkaitan dengan persoalan ini[1]. Dilafalkan secara terpisah sebanyak huruf yang berdiri-sendiri. Huruf Al-muqaththa’ah (hurur yang terpotong-potong) disebut fawatih suwar (pembuka surat), menurut As-Suyuthi, tergolong dalam ayat mutasyabih. Itulah sebabnya, banyak telah tafsir untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung di dalamnya.


            Adapun bentuk redaksi fawatih as-suwar di dalam Al-Qur’an dapat dijelaskan sebagi berikut.[2]

1. Terdiri atas satu huruf, terdapat pada tiga tempat : surat Shad [38]: 1 yang diawali huruf shad, surat Qaf [50]: 1 yang diawali huruf qaf, surat Al-Qalam [68]: 1 yang diawali huruf nun.

2. Terdiri atas dua huruf, terdapat pada sepuluh tempat : surat Al-Mukmin [401]:1; surat Fushshilat [41]:1; surat Asy-Syura [42]:1; surat Az-Zukhuruf [43]:1; surat Ad-Dukhan [44]:1; Surat Al-Jatsiyyah [45]:1; dan surat Al-Ahqaf [46]:1 yang diawali huruf ha mim; surat thaha [20]:1; dan surat Al-Ahqaf [46]:1 yang diwali huruf ha mim; surat thaha [20]:1 yang diawali huruf tha ha; surat An-naml [27]:1 yang diawali huruf tha sin; surat yaa sllin [36]:1 yang diawali huruf huruf ya sin.

3. Terdiri atas tiga huruf, terdapat pada 13 tempat: surat Al-Baqarah [2]:1; surat Luqman [3]: 1; surat Al-Ankabut [29]: 1; surat Ar-Rum [30]:1;  surat Luqman [31]:1; surat As-Sajdah [32]:1; yang diwali huruf alif lam mim; surat Yunus [10]:1; surat Hud [11]:1; surat surat Yusuf [12]:1; surat Ibrahim [14]:1; surat Al-Hirr [15]:1 yang huruf alim lam ra; surat Asy-Syuara’[26]:1; surat Al-qashshash [28]:1 yang diawali huruf tha sin mim.

4. Terdiri atas empat huruf, tedapat pada umat tempat : surat Al-A’raf [7]: 1 yang diawali huruf alim lam mim shad dan Ar-Ra’d [13] :1 yang diawali huruf alim mim ra’.

5. Terdiri atas lima huruf, terdapat pada satu tempat; surat maryam [19] 1 yang diawali huruf kaf ha ya ‘ain shad.


            Pada dasarknya, terdapat dua kubu ulama yang mengomentari persoalan di atas. Pertama, kubu salaf yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui Allah. Di antara mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar.[3]


Dalam satu riwayatnya, ‘Ali berkata :



Artinya :

“ setiap kitab memiliki sari (safwah) dan sari pati Al-Qur’an adalah huruf-huruf ejaannya”

Riwayat senada diucapkan Abu Bakar :



Artinya :

“ setiap kitab memiliki rahasia dan rahasia Al-Qur’an adalah permulaan- permulaan suratnya (awa’il as-suwar).”

Ahli hadist pun meriwayatkan bahwa para khalifah yang empat berkata,





Artinya :

“ huruf-huruf Al-Qur’an ini adalah ilmu tersembunyi dan rahasia yang hanya dapat diketahui oleh Allah semata.”

Adapun kubu kedua melihat persolan ini sebagai suatu rahasia yang juga dapat diketahui manusia.

1. menurut ahli tafsir

            Menurut Ibn ‘Abbas, berdasarkan riwayat Ibn Abi Hatim, huruf-huruf itu menunjukkan nama Tuhan. Alif Lam Mim, yang terdapat dalam pembukaan surat

Al-Baqarah, ditafsirka dengan Ana Allah A’lam (Akulah Yuhan yang Mahatau). Alif Lam Ra’ di tafsirka dengan (Akulah Tuhan Yang Mha Melihat). Juga menurutnya Alif Lam Ra’ dan Ha Mim merupakan ejaan ar-rahman yang dipisahkan. Dalam mengomentari huruf Kaf Ya Ha Ain Shad, ia berkata, Kaf sebagai lambing karim (pemurah), Ha berarti Hadin (pemberi petunjuk), Ya berarati hakim (bijaksana), Ain berarti ‘Alim (Maha Mengetahui), dan Shad berarti Shadikq (Yang Mahabenar).

            Menurut Sayyid Al-Quthub, huruf-huruf itu mengingatkan kenyataan bahwa Al-Qur’an disusun dari huruf-huruf yabg lazim dikenal bangsa Arab, yaitu tujuan Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Dalam pandangannya pula, mistri dan kekuatan huruf-huruf terletak pada kenyataan bahwa meskipun huruf-huruf itu begitu lazim dan sangat dikenal, manusia tidak akan dapat menciptakan gaya dan diksi yang sama dengannya untuk membuat kitab seperti Al-Qur’an. Pendapat lain adlah bahwa huruf-huruf itu berfungsi sebagai tanbih (peringatan), seperti terungkap dalam pendapat Ibn Katsir, Ath-Thabari, dan Rasyid Ridha, dalam kitap tapsirnya masing-masing. Dalam hal ini, Rasyit Ridha berarguman tasi bahwa letak keindahan pembicara adalah ketika ia menyadarkan  perhatian pendengarnya- agar mereka dapat menanggkap dan menguasai pembicaraannya.

            Dalam teradisi Arab, ucapan yang di gunakan sebagai peringatan adalah ha tanbin. Demikian pula, Al-Quran. Karena isi surat yang di awali huruf-huruf itu pada umumnya berisi tentang Al-kitab dan kenabian, dua hal yang paling pokok dalam Islam, Allah perlu memperingtkan orang-orang musyrikin Arap mekah terlebih dahulu agar mereka dapat memahami dan menerima kandungan Al-Quran.

            Berkaitan dengn  pendapat di atas, jalaudin As-Suyuthi mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak mengunakan kata-kata peringatan (tanbinat) yang biasa digunakan didalam bahasa Arab, seperti ala (         ) dan ama (        ) karena keduanya termasuk lafazh yang biasa dipakai dalam percakapan, sedangakan Al-qur’an merupakan kalam yang biasa yang kerananya menggunakan alif sebagai kata peringatannya yang sebelum pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan bagi pendengarnya.


            Tentang siapa yang diperingatkan Allah, sebagai ulama seperti Al-Khuwaibi, berpendapat nabi-lah yang diperingati agar di tengah-tengah kesibukan dunianya beliau berpaling kepada Jibril untuk mendengar ayat-ayat yang disampaikan kepadanya, akan tetapi pendapat dibantah Rasyid Ridha. Menututnya, Nabi selalu siap menanti kedatangan wahyu. Peringatan itu menurutnya ditujukan kepada orang-orang musrik mekah dan ahli kitab madinah agar mereka tertarik mendengar Al-Qur’an dan hati mereka menjadi lunak kepada Nabi.


2. menurut Ahli Teologi dan tasawuf


            Kelompok teologi biasanya menafsirkan Al-Qur’an untuk melegitimasi doktrin-doktrin mereka begitu pula, dalam penjelasan rahasia-rahasia huruf Al-Qur’an ini. Syi’ah, misalnya, berpendapat bahwa apabila pengulangan dalam kelompok huruf itu dibuang, terbentuklah sebuah pernyataan :                                               (jalan yang ditempuh ‘Ali adalah kebenaran yang harus kita pegang). Tampaknya, penafsiran itu dimunculakan untuk memperlihatkan begitu kuatnya posisi ‘Ali dalam keimanan mereka. Ulama sunni dengan kecendrungan teologi pula membantah pendapat syi’ah. Mereka kemudian mengubah pernyataan ulama syi’ah tersebut menjadi                                           (tel;ah benar jalan dengan mengikuti sunah), kita As-sunah itu dimunculakan untuk memperhatikan kebenaran aliran teolagi ahli sunah wal-jama’ah.


            At- thabari (w.58 H.).salah satu komentator syi’ah menjelaskan dengan merujuk kepada imamnya yang berjumlah enam, bahwa alif menunjukan enam sifat Tuhan yaitu :

a. “yang memulai karena ia-lah yang menguasai segala ciptaan, seperti halnya alif yang mengawali semua huruf.

b. “yang jujur” dan “yang lulus” karena Tuhan itu adil seperti huruf alif yang tegah dan lurus.

c. “yang unik” seperti alif yang dalam penulisanya tidak dapat digabung, tetapi berdiri sendiri.

d. “yang tunggal” seperti alif yang dalam penulisannya tidak dapat digabung, tetapi berdiri sendiri.

e. “yang merdeka” semua membutuhkan tuhan, tetapi ia tidak membutuhkan mereka,.

f. alif tidak berhubungan dengan huruf lain sedangkan huruf lain berhubungan dengannya. Ini menunjukan keunikan Tuhan.


            Dalam 


              







[1] Jalaludin As-suyuthi, Al-itqn fi Ulum Al-qur’an, Dar Al-fikr, benrut,t.t, jilid II, hal. 11.

[2] Ash-Shalih, op.cit, hlm. 234-235.

[3] Ibid, hlm. 237.

Advertisement

0 Response to "FAWATIH AS-SUWAR "

  • Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten.
  • Komentar yang tidak diperlukan oleh pembaca lain [spam] akan segera dihapus.
  • Apabila artikel yang berjudul "FAWATIH AS-SUWAR " ini bermanfaat, share ke jejaring sosial.
Konversi Kode