Advertisement
KEBUDAYAAN PRIMITIF, AGRARIS DAN INDUSTRI
A. Kebudayaan Primitif
Kebudayaan adalah hasil kegiatan akal budi manusia, seperti kesenian dan adat, segi ditinjau dari geografis, desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang timbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga hubunganya dengan daerah-daerah lain.
Berbicara tentang kebudayan primitif, maka kita akan berbicara tentang kehidupan masyarakat desa. Begitu pula, kehidupan desa selalu dikaitkan dengan kehidupan agraris, yaitu kelompok masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian. Desa sebagai penghasil pangan utama, menjadi tumpuan bagi masyarakat kota.
Ciri Masyarakat Primitif :
Mata pencahariannya berburu dan mencari buah-buahan di hutan. Pada tingkatan di atasnya, mereka juga bercocok tanam baik berpindah-pindah atau menetap, bertempat tinggal di gua dan hutan sekalipun ada juga yang telah mengalami sedikit kemajuan dengan membuah rumah gubuk dalam satu komunitas.
B. Kebudayaan Agraris
Kebudayaan agraris identik dengan masyarakat desa. Hal ini dikarenakan masyarakat desa banyak yang menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian.
1. Pengertian Masyarakat Desa
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a. Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
b. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.
c. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan.
Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut: Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa, memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan, memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
2. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain: Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas wilayahnya.
Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya.
3. Kegiatan Masyarakat Desa
Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti, terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan kelahiran. Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar).
2. Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa).
Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia tnggal di pedesaan dengan mata pencaharian agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan kontinyu.
Peradaban adalah pencapai kemajuan dalam tingkat kehidupannya lahir batin. Kemajuan lahir dalam bidang transportasi, misalnya, kendaraan bermotor sampai kapal terbang. Demikian juga dalam bidang lainnya. Kemajuan batin misalnya tidak percaya pada tahayyul dan menghadapi kehidupan secara rasional.
Kebudayaan merupakan dasar bagi peradaban. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu bangsa semakin tinggi tingkat peradabannya, semakin tinggi derajat kehidupan. Kebudayaan primitif lahir dari masyarakat primitif. Mereka menghadapi kehidupan secara alamiah. Masyarakat primitif artinya masyarakat terbelakang karena penggunaan terhadap rasionalitas sangat terbatas seperti masyarakat di pedalaman Papua, Kalimantan, dan Suku Badui di Jawa Barat atau Suku Indian di Amerika dan Suku aborigin di Australia.
C. Masyarakat Industrial
Kehidupan masyarakat industrial adalah kehidupan di dalam masyarakat perkotaan, Beberapa ahli mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian dan ilmu pengetahuan.
Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia.1 Dimuka telah diutarakan seluk-beluk masyarakat pedesaan ( rulal community) dengan segala sifat dan ciri- cirinya, hakikat kerja sama, serta menjanjikan ketenangan dan ketenteraman. Adapun masyarakat perkotaan mempunyai sifat yang berbeda dengan masyarakat desa. Oleh karena itu, marilah kita coba untuk memahaminya.
1. Pengertian dan Sifat- Sifat Kota
Beberapa ahli mengartikan kota sebagai mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Adapun ciri- cirinya adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk besar dan padat, terutama di kota- kota yang dan pusat kota.
b. Mempunyai penduduk yang beraneka ragam karena asal usul mereka yang berlainan. Banyak kawin campuran, pertentangan politik yang tajam, perbedaan yang mencolok antara yang kaya dengan yang miskin.
c. Penduduknya dinamis bila dibandingkan dengan peduduk desa, banyak mengadakan perubahan pekerjaan, mudah pindah tempat tinggal dan sebagainya.
d. Lebih cepat,lebih bebas, dan mudah bergerak, lebih cepat menerima,dan membuang sesuatu yang baru.Peradaban macam ini meberiakan kepada mereka sesuatu perasaan harga diri yang besar.
Keadaan kota dengan bermacam corak cara hidup seperti di atas menarik masyarakat di pedesaan untuk melakukan urbanisasi. Mereka berduyun-duyun datang ke kota dengan tujuan memperbaiki keadaan hidupnya. Akibatnya, terjadi berbagai masalah sosial, baik bagi kota yang dituju maupun bagi desa yang ditinggalkan. Adapun yang menjadi sebab-sebab terjadinya urbanisasi,2 antara lain sebagai berikut:
1. Perkotaan lebih berkembang dan modern.
2. Kesempatan kerja yang lebih banyak di kota karena perkembangan lapangan.
3. Kota menjadi pusat kebudayaan seperti kesenian, pendidikan serta kemewahan, kenikmatan, dan kesenangan.
Pengaruh urbanisasi terhadap kehidupan masyarakat kota adalah sebagai berikut:
1. Membuat penduduk kota terdiri atas campuran asal-usul, tradisi, agama, nilai-nilai hidup dan sebagainya.
2. Secara relative sebagian besar penduduk kota ada dalam golongan usia produktif dalam berusaha, sehingga persaingan dalam bekerja besar sekali (amat kejam).
3. Terjadi perbedaan yang tajam antara yang kaya dangan yang miskin.
Pengaruh urbanisasi terhadap masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut:
1. Mempercepat peleburan pergaulan hidup yang beku dan tradisional di pedesaan.
2. Terlantarnya pedesaan dalam lapangan social karena banyak penduduknya yang merantau ke kota-kota besar. Hal ini menyebabkan desa miskin semakin mundur, baik dalam lapangan social ekonomi maupun dalam hal pembangunan.
Disamping akibat urbanisasi, masih ada akibat buruk lainnya, misalnya tidak adanya kesesuaian norama sosial antara desa dan kota mengakibatkan gejala kemunduran akhlak, seperti, penodongan, pelacuran, penipuan, perkelahian antargeng, dan sebagainya, usaha-usah pencegahannya antara lain:
1. Perbaikan perekonomian pedesaan dengan cara peningkatan efesiensi pertanian, desentrilisasi perindustrian, penggalian sumber- sumber baru dalam rangka memperluas lapangan kerja seperti keterampilan dalam kerajinan, pariwisata, usaha- usaha wiraswasta, dan sebagainya.
2. Perbaikan mutu penduduk pedesaan dengan jalan meningkatkan jumlah dan mutu- mutu lembaga social, pendidikan seperti sekolah, dan gedung pertemuan, kesenian dan olahraga.
Memang harus kita sadari cara hidup di kota besar yang rasional, luas dan formal itu mempunyai pengaruh negative trhadap berbagai macam masalah social dan kebudayaan seperti:
1. Bertambahnya berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan urat syaraf, tekanan darah tinggi, paru- paru, kelamin, dan lain sebagainya.
2. Bertambah dangkalnya kebudayaan karena adanya keinginan untuk meraih kesenangan tanpa mengabaikan norma- norma sopan santun.
3. Timbulnya masalah remaja yang meraja lela.
Usaha untuk menguranginya adalah sebagai berikut:
1. Pengarahan politik kebudayaan yang berisi pendidikan, terutama pendidikan pribadi yang berakhlak tinggi, suila, dan bertanggung jawab.
2. Pembentukan golongan yang dapat menumbuhkan kesadaran akan nilai- nilai hidup yang berharga. Misalnya pembentukan rukun kampong, rukun tetangga, PKK, organisai pemuda yang disertai rencan pembangunan lapangan social, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ditinjau dari segi geografis desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan kelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan ini merupakan suatu wujud kenampakan dari muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiogeografis, social, ekonomi, dan kultural yang berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan masyarak pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai hubungan erat dan mempunyai persaan yang sama terhadapap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya hubungan kekeluargaan didalam kelompok mereka seperti, gotong royong dan tolong menolong.
Pekerjaan gotong royong ini terdiri dari dua macam yaitu:
1. Kerja sama untuk pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya diistilahkan dari bawah).
2. Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasanya diistilahkan berasal dari atas).
Ciri-ciri masyarakat pedesaan:
1. Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat diluar batas-batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gamenschaft atau paguyuban).
3. Sebagian besar masyarakat pedesaan hidup dari pertanian, adapun pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu.
Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat mnusia. Akan tetapi beberapa ahli mengartikan kota sebagai mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Adapun cirri- cirinya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk besar dan padat, terutama di kota- kota yang dan pusat kota.
2. Mempunyai penduduk yang beraneka ragam karena asal usul mereka yang berlainan. Banyak kawin campuran, pertentangan politik yang tajam, perbedaan yang mencolok antara yang kaya dengan yang miskin.
3. Penduduknya dinamis bila dibandingkan dengan peduduk desa, banyak mengadakan perubahan pekerjaan, mudah pindah tempat tinggal dan sebagainya.
4. Lebih cepat,lebih bebas, dan mudah bergerak, lebih cepat menerima,dan membuang sesuatu yang baru.Peradaban macam ini meberiakan kepada mereka sesuatu perasaan harga diri yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Supatmo. 1991. Ilmu Alamiah Dasar, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Daulay, Lely Risnawati. 2010, Ilmu Alamia Dasar, Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.
Mawardi, Nur Hidayati. 2009, Ilimu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. D, Bandung: Pustaka Setia.
1 Leli Risnawati Dulay, Alamiah Sosial Budaya, (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis), 2010, hlm 146
2 Mawardi & Nur Hidayati, IAD- ISD- IBD, (Bandung: Pustaka Setia) 2009,hlm 193
Advertisement
0 Response to "KEBUDAYAAN PRIMITIF, AGRARIS DAN INDUSTRI"