Banner 468 x 60

Loading...

CABANG-CABANG UTAMA FILSAFAT

Advertisement


PEMBAHASAN
CABANG-CABANG UTAMA FILSAFAT


         Asas-asas filsafat merupakan suatu kajian yang mengetengahkan prinsip-prisip pokok bidang filsafat. Dalam hal ini dikaji beberap bidang utama filsafat seperti metafisika, epistemology dan etika. Keiga bidang ini dapat dipandang sebagi pilar utama suatu bangunan filsafat manakala kita ingin memahami visi filsafati seseorang atau suatu aliran. Sontag menegaskan bahwa vitalitas dan sensitivitas filsafat itu berasal dari refleksi diri yang bersifat tetap dan terus menerus (konstan). Filsafat itu semata-mata berisikan penolakan pada sesuatu yang pasti dalam berbagai lingkup teoritik atau prosedur dasariah yang bukan merupakan bagian konsepsi teoritik itu sendiri. Secara histories teori-teori filsafati yang efektif akan menghadirkan suatu konsepsi baru dan terang mengenai apa dan bagai mana cara kerja filsafat itu. Oleh karena itu kesalahan utama terletak pada penghadiran filsafat sebagai persoalan diri yang dapat dielimir dan sebagai olah persoalan-pesoalannya dapat dipecahkan secara tuntas.


            Aktifitas filsafat melibatkan akal pikiran manusia secara utuh, konsisten dan bertanggungjawab. Dalam aktifitas akal itu para filosuf mencoba mengungkapkan tentang realitas. Kegiatan mengungkap realitas ini membtutuhkan bahasa sebagai sarana bagi pemahaman terhadap realitas tersebut. Dari sini muncul cabang- cabang istilah filsafat dalam bidang-bidang utama filsafat, yakni : Metafika , Epistemologi dan Aksiologi


1. METAFISIKA

Metafiska adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama. Metafisaka adalah cabang filsafat yang membahasa persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi. Archie J.Bahm menyatakan bahwa metafisika merupakan suatu pemnyalidikan pada masalah perihal keberadaan. Dalam metafika itu orang berupaya memnemukan bahwa keberadaan itu memiliki sesuatu yang “kodrati”, yakni karakteristik umum, sehingga metafika menjadi suatu penyelidikan ke arah kodrat eksistensi. Seorang metafisikus cenderung mengarahkan penyelidikannya pada karakteristik eksistensi yang universal seperti : kategori.

Istilah metafisika itu sendiri besaral dari kata yunani meta ta physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Kendatipun demikian Aristoteles sendiri tidak memakai istilah metafisika, melainkan proto philosophia ( filsafat pertama ). Filsafat  pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibelakang gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. Metafisika dapat didefenisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau kebaradaan.


Aristoteles menyebut beberapa istilah yang maknanya dapat dikatakan setara dengan metafika, yaitu : filsafat pertama (first philosophy), pengetahuan tentang sebab (knowledge of cause), studi tentang usia (being), studi tentang hal-hal abadi dan yang tidak dapat digerakakn (the study of the eternal and immovadle), dan theology.

Charitian Wolf mengklasifikasikan metafika sebagi berikut :

    Metafiisika umum (ontolagi ), membicarakan tentang hal “ada” (being).
    Metafisika khusus

    Psikologi : membicarakan tentang hakikat manusia.
    Kosmologi : membicarakan tentang hakikat atau asal-usul alam semesta.
    Theology : membicarakan tentang hakikat keberadaan tuhan.


Metafisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai pertanyaan atau yang diasumsikan melalui berbagai pendekatan intelektual. Setiap prinsip dinamakan “pertama”, sebab prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan kedalam istilah lain atau melaui hal lain yang mendahuluinya.

            Bahm mengegaskan bahwa suatu kegiatan baru dapat dikatakan sebuah ilmu manakala mencakup enam karakteristik :

1. Problem

2. Sikap

3. Metode

4. Aktivits

5. Pemecahan

6. Pengaruh

            Problem dalam arti bahwa suatu kegiatan ilmiah haruslah bertitik tolak dari persoalan-persoalan tertentu yang menarik perhatian seseorang, tanpa suatu problem tak akan ada ilmu. Sikap ilmiah melibatkan rasa ingin tahu (curiosity), keinginan pada keyakinan yang tertunda sampai seluruh bukti di peroleh dan terus-mernerus berhapan dengan rintangn yang tak dapat begitu saja diatasi.


Sikap dalam arti orang yang tertarik pada persoalan tertentu harus memiliki sikap tertentu pula dalam menghadapi persoalan itu tadi.Metode dalam arti bahwa persoalan yang menarik perhatian itu akan diselesaikan menurut cara-cara tertentu yang dapat dipertanggunjawabkan. Dalam pandang popper, metode haruslah menyesuaikan diri dengan objek material, bukan sebaiknya.


Aktivitas artinya seluruh proses yang terjadi dalam menghadapi persoalan itu tadi merupakan suatu kegiatan yang jelas dan terencana. Karena aktivitas ilmuwan merupakan dasar untuk membangun ilmu dan kemajuan pengetahuan ilmiah sangat tergantung pada kemampuan (ability), keterampilan (skills) usaha dan kesadaran moral sang ilmunya itu sendiri.

Pemecahan berangkat dari hipotesis atau teori yang dibentuk sebagi prisip umu atau hukum-hukum. Ketika hipotesis tidak terbukti secara langsung, maka jalanya hipotesis atau pemecahan tentang tentative merupakan sesuatu yang dipostulasi dan diujikan.

Pengaruh, pada akhirnya ini merupakan suatu bagian dari suatu bagian dari suatu rangkaian ilmiah yang meperlihatkan sejauhmana pengaruh ilmu terhadap kehidupan masyarakat dan jika tindakan masyarakat berbeda dari biasanya, karena mereka percaya dan bertindak atas dasar kesimpulan yang dikemukakan oleh para ilmuwan, maka setiap perbedaan sikap itu merupakan konsekuensi praktis dari masing-masing ilmu.

Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metafisika itu termasuk kedalam rumpun ilmu. Seorang metafisikus dapat membantu ilmuan untuk menunjukan asumsi-asumsi metafisis diperlukan bagi pengembangan dan pembentukan teori atau paradigma ilmu pengetahuan.


Beberapa Peran Metafisika Dalam Ilmu Pengetahuan Yaitu :

1.      Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan pikirannya untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enigmatic (teka-taki) persoalan-persoalan semacam itu menuntut alur berpikir yang serius dan sungguh-sungguh.

2.      Metafisika menurut orisinalitas berpikir yang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Artinya, seorang metafisikus senantiasa berupaya menemukan hal-hal baru yang belum pernah diungkap sebelumnya. Sikap semacam ini menurut kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu permasalahan. Pematangan sikap semacam ini akan mendidik seseorang untuk selalu berkiprah pada lingkup penemuan, bukan lingkup pembenaran semata.

3.      Metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah pranggapan-pranggapan, sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.

4.      Metafisika juga membuka peluang bagi terjadiany perbedaan visi didalam melihat realitas, karena tidak ada kebenaran yang benar-benar absolute. Hal ini akan menjadikan visi  ilmu pengetahuan berkembang menurut ramikikasi (percabangan)yang sangat kaya dan beraneka ragam, sebagimana yang terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.


2. EPISTEMOLOGI

Bidang kedua adalah Epistemologi atau teori pengetahuan. Empistemologi berasal dari yunani “episteme”dan “logos”. “episteme” artinya pengetahuan, “logos” artinya teori. Dengan demikian epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan. Istilah-istilah lain yang setara dengan epistemologi adalah :

a.       Kriteriologi, yakni cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya pengetahuan.

b.      Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.

c.       Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah (gnosis).

d.      Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi bentuknya.

Objek material epistemology adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsuf menwarkan aturn yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntunan lain yang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan. Tatapi setiap perangkat aturan harus benar-benar mapan. Sebab definisi tentang “kepercayaan”, kebenaran” merupakan problem yang tetap dan terusmenerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat.


Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistimologi bekisar pada masalah: asal-usul pengetahuan, prean pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisne universal dan bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia. Semua persoalan tersebut di atas terkait dengan persoalan-persoalan penting filsafat lainya seperti : kodrat kebenaran, kodrat pengalaman dan makna.


Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada di dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tak akan eksis, oleh kerena itu keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.Bahm menyebutkan delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia yaitu :

1.      Mengamati (observes); pikiran berperan dalam menghayati objek-objek. Dalam melaksanakan pengetahuan terhadap objek itu maka pikiran haruslah mengadung kesadaran. Oleh kerana itu disini pemikiran merupakan suatu bentuk kesadaran. Kendatipun demikian pikiran tidak melalu kesadaran, sehingga kita perlu juga mempelajari berbagai bentuk pikiran seperti : pikiran bawah sadar, pikiran tanpa sadar dan berbagia level, kejiwaan lainnya. Kesadaran adalah suatu karakteristik atau fungsi pikiran kedasaran jiwa ini melibatkan dua unsur penting yakni kesadaran untuk mengetahui sesuatu dan penampakkan sesuatu objek. Kodrat kesadaran untuk mengetahui sesuatu dan penampakan suatu objek ini merupakan unsure yang hakiki dalam pengetahuan intuisi. Intuisi senatiasa hadir dalm kesadaran. Sebuah pikiran mengamati apa saja yang menampak. Hal-hal yang diamati tadi dinamakan objek. Pengamatan acapkali timbul dari rasa ketertarikan pada objek. Dengan demikian pengamatan ini melibatakan pula fungsi-fungsi pikiran yang lain.

2.      Menyelidiki (inquires); ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis-jenis objek yang tampil. Objek-objek secara kodrati merupakan suatu cara penampakan, cara mereka diperediksikan, di ingat, diantisipasi , baik secara sederhana maupun secara kompleks, dinamika atau statikanya, perubahan atau ketetapannya, keterhubungan pada antesedenya, konsekuennya atau cara berkorelasi atau interelasi dengan objek-objek yang lain. Cara tumbuh dan berkembangnya objek-objek tersebut, cara kemungkinannya dan berbagai signifikan khusus, serta apakah objek-objek itu melibatkan ungkapan-ungkapan linguitik atau tidak. Tenggang waktu atau durasi minat seseorang pada objek itu sangat tergantung pada “daya tariknya” kehadiran dan durasi suatu minat biasanya bersaing dengan minat-minat lainnya, sehingga paling tidak seseorang memiliki banyak minat pada perhatian yang terarah. Minat-minat ini ada dalam banyak cara. Ada yang dikaitkan dengan kepentingan jasmaniah, permiataan lingkungan, tuntunan masyarakat, tujuan-tujuan pribadi, konsepsi diri, rasa tanggung jawab, rasa kebebasan bertindak dan lain-alin. Minat terhadap objek cenderung melibatkan komitmen, kadangkala komitmen ini hanya merupakan kelanjutan atau menyertai pengataman terhadap objek. Minatlah yang membimbing seseorang secara alamiah untuk terlibat ke dalam pemahaman pada objek-objek.

3.      Percaya ( believes); manakala suatu objek munculkan dalam kesadaran, biasanya objek-objek itu diterima sebagai objek yang menampak. Kata percaya biasanya dilawankan dengan keraguan. Sikap menerama sesuatu yang menampak sebagi pengertian yang memadai setelah keraguan, namakan kepercayaan. Ornga yang mengembangkan rasa keranguan dalm menerima kebenaran suatu objek dinamakan “skeptikus”

4.      Hasrat (desires); kodrat hasrat ini mencakup kondisi-kondisi biologis dan psikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa, karena pikiran dan tubuhkan utnuk aktualisasi hasrat. beberapa hasrat bisa juga timbul dari pengertian yang lebih tinggi seperti: hasrat  diri, keinginan pada objek-objek, pada orang lain, kesenangan pada binatang, tumbuh-tmbuhan, dan proses interaktif. Beberapa hasrat juga timbil dari ketertairkan pada tindakan, pengaruh, pengendalian. Bebarapa hasrat ini juga mencul dari ketertarikan pada kesenangan (melaui makan, bermain, belajr, dan lain-lain), dan dalam melupakan penderitaan (rasa perih,lapar, ketertutupan, ketidaktahuandan lain-lain).

5.      Maksud (indends); seseorang memiliki maksud ketika akan mengobbservasi, menyelidiki, mempercayai dan berhasat, namun sekaligus perasaannya tidak berbeda atau bahkan terdorong ketika malakukannya. Perubahan kehendak dari intensitas minimal ke maksimal dari keinginan menerima hal-hal yang menampakan pengaruh juga.

6.      Mengatur (organizes); setiap pikiran adalah suatu organisasi yang tertur dalam seseorang. Pikiran mengatur melalui kesadaran yang sudah menjadi. Kesadaran adalah suatu kondisi dan fungsi mengetahui secara bersama. Pikiran mengatur melalui intuisi yakni melalui kesadaran penampakan dalam setiap kehadiran.

7.      Menguasai (adapts); menyesuaikan pikrian-pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh di dalam fisik, biologis, lingkungan social dan kultur dan kepuasan. Kehidupan tersendiriatas kesiapan untuk menghadapi persoalan secara terus-menerus dan mencoba untuk memecahkannya.

8.      Menikmati (enjoys); pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan. Orang yang asyik dalam menemukan suatu persoalan, maka ia akan menekuni suatu persoalan, maka ia akan menikmati itu dalam pikirannya.

Perbincangan penting dalam epistemology juga terkait dengan jenis-jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan ilmiah dan nir-ilmiah.

Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa ciri pengenal sebagai berikut:

    Berlaku umum, artinnya jawaban atas pertanyaan apakah sesusatu hal itu layak atau tidak layak, tergantung pada factor-faktor subjektif.
    Mempunyai kedudukan mandiri (otonomi), artinya meskipun factor-faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetepi harus diupaykan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri
    Mempunyai dasar pembenaran, artinya cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebanar mengkin.
    Sistematik, artinya ada system dalam susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.
    Intersubjektif, artinya kepastian pengetahuan ilmiah tindaklah didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri.


Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yany dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai berikut : Pengetahuan biasa, Pengetahuan ilamiah, Pengetahuan filsafati dan Pengetahuan agama.


Pengetahuan dipandang atas dasar criteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagi berikut :

    Pengetahuan indrawi; yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas sense (indera) atau pengalaman manusia sehari-hari.
    Pengetahuan akal budi; yaitu jenis pengetahuan yang didasrkan atas kekuatan rasio.
    Pengetahaun intuaitif; jenis pengetahuan yang memuat pemahaman secara cepat
    Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif; yaitu jenis pengetahuan yang dibangun yang atas dasar kredibitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap profesionaldalam bidangnya.


3. AKSIOLOGI

Bidang utama ketiga adalah Aksiologi, yang membahas tentang masalah nilai. Istilah axiology berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori, axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat yunani, studi mengenai nilai ini mengedepan dalam pemikiran plato mengenai idea tentang kebaikan atau yang lebih dikenal dengan summum bonum (kebaikan tertinggi).


Tokok zaman pertengahan, Thomas Aquinas, membangun pemikiran tentang nilai dengan mengindentifikasikan filsafat aristoteles tentangnilai tertinggidenagn penyebab final (causa prima) dalam diri tuhan sebagi keberadaan kehidupan, keabadian, dan kebaikan tertinggi.pemikir zaman modern, Spinoza, memandang nilai sebagai didasarkan pada metafisik, berbagai nilai diselidiki scara terpisah dari ilmu pengetahuan. Tokoh aufklarung, kant, memperlihatkan hubungan antara pengetahuan dengan moral, estetik, seni dan religuis. Dalam pandangan hegel, moralitas, seni, agama dan filsafat dibentuk atas dasar proses dialektik.

Problem utama aksiologi ujar Runes berkaitan dengan empat faktor penting sebagi berikut :

1.       Kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai berasal dari keinginan (voluntarisme: Spinoza, kesenangam (hedonisme : epicurus, bentham, meineong), kepentingan (perry), preferensi (martineau), keinginan rasio murni (kant), dan lain-lain.

2.        Jenis jenis nilai menyangkut perbadaan pandangan antara nilai iintrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri.

3.       Keriteria artinya ukuran untuk menguji nilai yang di pengaruhi sekaligus oleh teori psikologi dan logika. Penganut hedonist menemukan bahwa ukran nilai terletak pada sejumlah kenikmatan yang berlaku oleh seseorang (aristippus) atau masyarakat (bentham). Penganut Intuisionist menonjolkan suatu wawasan yang paling akhir dalam keutamaan. Bebrapa penganut idealist menakui sistem objektif norma-norma rasional atau norma ideal sebagi kriteria (plato). Seorang penganut naturalist menemukan keunggulan biologis sebagi ukuran yang standar.

4.       Status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melaui ilmu-ilmu kealaman (Koehler), kenyatan terhadap keharusan (lotze) pengalaman manusia tentang nilai pada realitas kebebasan manusia (hegel). Ada tiga jawaban penting yang diajukan dalam persoalan status metafika nilai ini yaitu:

a.       Subjektivisme menganggap bahwa nilai merupakan sesuatu yang terikat pada pengalaman manusia.

b.      Objektivisme logis menganggap bahwa nilai merupakan hakikat atau subsistensi logis yang bebas adri keberadaan yang diketahui, tanpa status eksistensial atau tindakan dalam realiats.

c.       Objektivisme metafisik mengagap bahwa nilai atau norma adalah integral, objektif dan unsure-unsur aktif kenyataan metafisk.

Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah nilai baik atau buruk adalah bidang etika. Etika mengdung tiga pengertian:

    Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pesangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
    Etika kumpulan asas atau nilai moral.
    Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika ini baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas nilai-nilai tentang yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika dalam hal ini sama denagn filsafat moral.


Secara etimilogi, etika berasal dari kata yunani ethos = watak. Sedangkan moral berasal dari kata latin mos, bentuk tuenggal, sedangkan bentuk jamak mores = kebiasaan. Istilah etika atau moral dalam bahasa Indonesia dapat diartikan kesusilaan. Objek material etika adalah tingka laku atau perbuatan manusia. Perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. Dengan demikian perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar dan tidak bebas tidak dapat dikenai penilaian bermoral atau tidak bermoral.[6]

Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dihampiri berdasrkan atas tiga macam pendekatan, yaitu : etika deskriptif, etika normative dan metaetika.

Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti  : adat kebiasaan anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajri moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur tertentu. Oleh karena itu etika deskripitf ini tidak memberikan penilaian apa pun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral . minsalnya : penggambaran tentang dapat mengayau kepalah kepala pada suku primitive.

Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat memperbolehkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa memperbolehkan apakah norma itu benar atau tidak etika normative berarti system-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyakut baik atau buruk etika normatif ini dibagi menjdi dua yaitu :

    Etika umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti : apa yang dimaksud norma etis? Mengapa norma-noram mengikat kita? Bagimana hubungan antara tanggung jawab dengan kebiasaan?
    Etika khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum ke dalam perilaku manusia yang khusus. Etika khusus juga dinamakan etika terapan.


Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan “baik” atau buruk . perkembangan lebidh lanjut dari metaetika ini adalah analitik. Dengan demikian metafisika, epistemologi dan aksiologi (khususnya etioka) merupakan cabang utama filsafat yang berkaitan dengan realita kehidupan manusia, termasuk perkembangan ilmu  pengetahuan mankala ketiga bidang fundamental filsafat itu dikaitkan dengan proses akal budi dan pengetahuan filsafati yang diperoleh . 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari materi yang kami susun, bahwa filsafat memiliki 3 (tiga) cabang-cabang utama yaitu :

    Metafiska adalah filsafat pertama dan bidang filsafat yang paling utama. Metafisaka adalah cabang filsafat yang membahasa persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi.
    Epistemologi adalah epistemology atau teori pengetahuan. Empistemologi berasal dari yunani “episteme”dan “logos” episteme” artinya pengetahuan, “logos” artinya teori. Dengan demikian epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan.
    aksiologi adalah  yang membahas tentang masalah nilai. Istilah axiology berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori, axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai.


Adapun  tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang akhirat, tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk:


1.  Filsafat tentang pengetahuan:

    objek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran

- Epistemologi

- Logika

- Kritik ilmu-ilmu


2.  Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan:

    objek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat)

- Metafisika umum (ontologi).

- Metafisika khusus:

                        - Antropologi (tentang manusia).

                        - Kosmologi (tentang alam semesta).

                        - Teodise (tentang tuhan).


3.  Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan:

    objek material : kebaikan dan keindahan

- Etika.

- Estetika.


4.  Sejarah filsafat.



REFERENSI


Achmad Sanusi. 1998. Filsafat Ilmu, Teori Keilmuan dan Metode Penelitian, Bandung: Program Pasca Sarjana IKIP Bandung.

Branner, Julia. 2002. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Samarinda: Pustaka Pelajar.

Endang Saefuddin Anshari.  1982. Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu.

Himsworth, Harold  1997. Pengetahuan Keilmuan dan Pemikiran Filosofi, (Terjemahan Achmad Bimadja, Ph.D), Bandung: ITB Bandung.

Sudarto 1997, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tibawi, AL, 1972. Islamic Education, London: Luzak & Company Ltd.

Redja Mudyahardjo.  2001. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, Bandung: Rosda.

Drs. Rizal Mustansyir m.hum, Drs.Minsal Munir M.Hum. Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar. 2001.




Advertisement

0 Response to "CABANG-CABANG UTAMA FILSAFAT"

  • Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten.
  • Komentar yang tidak diperlukan oleh pembaca lain [spam] akan segera dihapus.
  • Apabila artikel yang berjudul "CABANG-CABANG UTAMA FILSAFAT" ini bermanfaat, share ke jejaring sosial.
Konversi Kode