Banner 468 x 60

Loading...

MU’TAZILAH DAN SYI’AH

Advertisement

MU’TAZILAH DAN SYI’AH


1. MU’TAZILAH

A.  Asal Usul Kemunculan Mu’tazilah

Kaum Mu`tazilah merupakan sekelompok manusia yang pernah menggemparkan dunia Islam selama lebih dari 300 tahun akibat fatwa-fatwa mereka yang menghebohkan, selama waktu itu pula kelompok ini telahmenumpahkan ribuan darah kaum muslimin terutama para ulama Ahlus Sunnah yang bersikukuh dengan pedoman mereka.


Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah oleh para kelompok pemuja aliran Mu’tazilah tersebut muncul di kotaBasrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 - 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin AbdulMalik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin ‘Atha  Al-Makhzumi Al-Ghozzal.


Secara umum, aliran  Mu’tazilah  melewati  dua  fase  yang  berbeda. Fase Abbasiyah (100 H - 237 M) dan fase Bani Buwaihi (334 H). Generasi pertama mereka hidup di bawah pemerintahan Bani Umayah untuk waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian  memenuhi zaman awal  Daulah  Abbasiyah  dengan  aktivitas,  gerak,  teori,  diskusi  dan  pembelaa terhadap agama, dalam suasana yang dipenuhi oleh pemikiran baru. Dimulai di Basrah. Kemudian di sini berdiri cabang sampai ke Baghdad. Orang-orang Mu’tazilah Basrah bersikap hati-hati dalam menghadapi masalah politik, tetapi kelompok Mu’tazilah Baghdad justru terlibat jauh dalam politik. Mereka ambil bagian dalam menyulut dan mengobarkan api inquisisi bahwa “Al Qur’an adalah makhluk”. mereka berlindung kepada Bani Buwaihi.[1]

Bottom of Form B. Asal Usul dan al-Ushul al-Khamsa

Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M) yang ditandai dengan munculnya kelompok dari pendukung Ali yang memisahkan diri mereka karena tidak setuju dengan sikap ‘Ali yang menerima Tahkim dalam menyelesaikan konfliknya dengan Muawiyah bin Abi Sofyan, Gubernur Syam, pada waktu Perang Siffin. Di situ ‘Ali mengalami kekalahan di plomatis dan kehilangan kekuasaan “de jure”-nya. Karena itu mereka memisahkan diri dengan membentuk kelompok baru yang kelak terkenal dengan sebutan kaum Khawarij (Pembelot atau Pemberontak). Kaum Khawarij memandang ‘Ali dan Mu’awiyah sebagai kafir karena mengkompromikan yang benar (haqq) dengan yang palsu (bathil). Karena itu mereka merencanakan untuk membunuh ‘Ali danMu’awiyah. Tapi kaum Khawarij, melalui seseorang bernama Ibn Muljam, hanya berhasil membunuh ‘Ali, sedangkan Mu’awiyah hanya mengalami luka-luka saja.


Bila Khawarij merupakan kelompok yang kontra terhadap Ali, maka kelompok kedua yang muncul kepermukaan yaitu Rhawafidl (Syi’ah) justru kebalikan Khawarij. Mereka adalah pendukung Ali dan mendaulatkan bahwa Ali-lah yang berhak menyandang gelar khalifah setelah Nabi Muhammad SAW. bukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka semua ini bahkan dikafirkan oleh Syi’ah. Selanjutnya muncul pula Murji’ah pada akhir kurun pertama (akhir masa sahabat) tepatnya pada masa pemerintahan Ibnu Zubair dan Abdul Malik. Kemudian pada awal kurun kedua (masa tabi’in) yakni pada masa akhir pemerintahan Bani Umayyah muncul Jahmiyah, Musyabihah, dan Mumatstsilah yang diusung Ja’di bin Dirham dan Jahm bin Shafwan, penganut faham Jabariyah. Kemunculan berikutnya adalahMu’tazilah yang mempunyai ciri khas ialah rasionalitas dan paham Qadariyyah kebalikan dengan apa yang diusung Jahm bin Shafwan. Setelahnya, ada As’ariyah dan Maturidiah.


2. SYI’AH

A. Pengertian Syiah

Menurut bahasa Syi’ah berarti pengikut, pendukung, partai, ataukelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam spiritual dan keagamaanya  selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW, atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait. Syi’ah juga dapat diartikan, kelompok masyarakat yang menjadi pendukung Ali ibn Abi Thalib, yang mana beliau dianggap sebagai imam dan khalifah oleh mereka yang ditetapkan melalui Nash dan wasiat dari Rasulullah.

 

Thabathbai mengatakan bahwa istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali). Menurut bahasa Arab Syi’ah Ali bermakna “pengikut Ali”, sedangkan menurut istilah Syi’ah Ali adalah kaum yang beri’tiqat bahwa saidina Ali Kw adalah orang yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi.[2]


B. Latar Belakang Munculnya Syi’ah

Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah Syi’ah mulai muncul pada akhir masa pemerintahan Usman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika pecahnya perperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Siffin.[3]


Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pergantian khilafah Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Ustman bin Affan, mereka beranggapan bahwa hanya Ali bin Abi Thalib yang pantas menggantikan Rasulullah SAW. Hal tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat Rasulullah semasa hidupnya antara lain;

1. Ketika pada awal islam mendakwahkan ajarannya secara terang-terangan kesempatan itu disebut da’wat dzul asyirah (dakwah kepada karib kerabat). Meminjam kata-kata Rev Sale, Nabi SAW bersabda:

    “Tuhan telah memerintahkanku untuk mengajak kalian kepadanya, siapa diantara kalian yang ingin membantuku berdakwah dan menjadi penerusku?” sebagian besar mereka yang datang menolak dan membenci ajakan itu, akan tetapi saat itu Ali bangkit dan mengatakan bersedia menolong Rasul SAW, sehingga Rasulullah memeluk Ali.

2. Peristiwa ketika Ali memperoleh kemenangan pada perang Khaybar, Rasulullah        berkata: “Engkau adalah bagianku dan aku adalah bagianku, kau akan mewariskanku… engkau bagiku bagaikan Harun bagi Musa as. Engkau akan paling dekat denganku di hari kiamat dan paling dekat denganku di telaga kausar. Permusuhan terhadapmu adalah permusuhan terhadapku, perang melawanmu adalah perang melawanku. Keimanan yang kau miliki sebanyak keimananku. Kau adalah gerbang bagiku”. Tidak ada kata-kata yang lebih jelas, tegas, kuat, serta fasih dari pada kata tersebut dan Rasulullah tidak pernah mengatakan kata-kata itu untuk selain Ali r.a.

3. Peristiwa perang Tabuk menjadi bukti ketiganya, Rasulullah SAW mempercayai Ali dan mengangkatnya sebagai pengawal utama untuk mempertahankan benteng terakhir pertahanan pasukan islam dan menyukseskan dakwahnya. Nabi SAW bersabda: “Ya Ali tidak ada yang mampu menjaga negeri muslim selain dirimu dan aku”.

4. Peristiwa Ghadir Khumm menjadi salah satu bukti yang mengesahkan Ali sebagai penerus Rasulullah dan penggantinya dihadapan masa yang penuh sesak yang menyertai beliau.


Demikianlah sedikit banyaknya tentang isyarat-isyarat Rasulullah yang menyatakan bahwa Ali.ra. adalah penerusnya, dan masih banyak isyarat lainnya yang menyatakan Ali.ra sebagai penerus Nabi SAW.


Akan tetapi ketika Rasulullah wafat, Ali tidak menjadi khalifah atau penerus Nabi SAW, karena berlawanan dengan harapan mereka maka muncullah sikap di kalangan kaum muslimin yang menentang kekhalifahan, mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Inilah yang kemudian disebut sebagai Syia’ah.[4]


C.  Syi’ah Itsna Asyariyah (Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imamiah)

 1. Asal-usul Penyebutan Imamiyah dan Syi’ah Itsna Asyariyah

Dinamakan Syi’ah Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik, yakni Ali berhak menjadi khalifah karena kecakapannya atau kemulyaan akhlaqnya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan nabi Muhammad SAW. Ide tentang hak Ali dan keturunannya untuk menduduki jabatan khalifah telah ada dalam perbincangan politik di Saqifah Bani Sa’idah.


Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah sepakat bahewa Ali adalah penerima wasiat nabi Muahmmad SAW seperti yang ditunjukan nas. Adapun Al- Ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi Thalib adalah keturunan garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husaen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah Husain adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut : Muhammad Al-Bakir, Abdullah, Ja’far Ash-Shiddiq, Musa Al-Kahzim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan Muhammad Al-Mahdi sebagai imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah (Itsna ‘Asy’ariyah).


Nama dua belas (Itsna ‘Asy’ariyah) terbentuk setelah lahirnya kedua belas Imam yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa Imam kedua belas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan ghoibah (accultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi di ruang bawah tanah rumah ayahnya di samara dan tidak kembali. Itulah sebabnya, kembalinya imam Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah. Ciri khas kehhadirannya adalah sebagai ratu adil yang akan turun diakhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar.[5]


 2. Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah

Di dalam sekte Syi’ah itsna ‘Asy’ariyah dikenal konsep usul Ad-Dinn. Konsep ini menjadi akar atau pondasi prakmatisme agama. Konsep ushuluddin mempunyai lima akar.


D. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)

 1. Asal-usul penyebutan Syi’ah Sab’iyah

  Syi’ah sab’iyah hanya mengakui tujuh imam yaitu Ali, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al – Baqir, Ja’far Ash – Shiddiq, dan Ismail bin Ja’far. Karena dinisbatkan pada imam ketujuh, Ismail bin Ja’far Ash – Shiddiq, syi’ah sab’iyah disebut juga syi’ah ismailiyah.

 2. Doktrin Imamah dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah

Para pengikut syi’ah sab’iyah percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh pilar, seperti dijelas oleh Al-Qadhi An-nu’man dalam Da’ain al-islam. Tujuh pilar tersebut adalah iman, thaharah, sholat, zakat, saum, haji dan jihad.Berkaitan dengan rukun pertama,yaitu iman,Qadhi an-nu’man (974M) merincinya dengan iman kepada surga,iman kepada neraka,iman kepada hari kebangkitan,iman kepada iman kepada hari pengadilan,iman kepada para nabi dan rasul,iman kepasda imam,percaya mengetahui dan membenarkan iman zaman.             Dalam pandangan kelompok syi’ah sab’iyah,iman hanya dapat diterima bila sesuai dengan keyakinan mereka,yakni melalui wilayah(kesetiaan)kepada iman zaman. Syarat-syarat seseorang imam dalam pandangan syi’ah sab’iyah adalah sebagai berikut.

1.     Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui pekawinannya dengan fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahlul bait.

2.    Berbeda dengan aliran Kaisaniyah,pengikut Mukhtar Ats-Tsaqafiu, memprogandakan bahwa keimamam harus dari keturunan ali melalui pernikahannya dengan seseorang wanita dari Bani Hanifah dan mempunyai anak yang bernama Muhamad bin Al-Hanifiyah.

3. Imam harus berdasarkan petunjuk atau nas.

4. Keimaman jatuh pada anak tertua.

5. Imam harus maksum(immunity from sin an error).

6. Imam harus dijabat oleh seseorang yang paling baik (best of man).

Disamping syarat-syarat tersebut Syi’ah Sab’iyah berpendapat bahwa seorang imam harus mempunyai ilmu lahir,batin dan mempunyai pengetahuan walayah. Kedua,seorang imam harus mempunyai sifat walayah,yaiyu kemampuan esoterik untuk menuntun manusia kedalam rahasia-rahasia Tuhan.

                  

 E. Syi’ah Zaidiyah.

 1. Asal-usul Penamaan Zaidiyah

Disebut Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima,putra imam keempat,Ali zainal Abidin.kelompok ini berbeda dengan sekte Syi’ah lain yang mengakui Muhamad Al-Baqir, putra Zainal abidin yang lain,sebagai imam kelima.Dari nama Zaid bin ali inilah,nama Zaidiyah diambil.

2.    Dokrin imamah menurut syi’ah zaidiyah

Imamah,sebagaimana telah disebutkan,merupakan doktrin fundamental dalam Syi’ah secara umum.Berbeda dengan doktrin imamah yang dikembangkan syi’ah lain,syi’ah Zaidiyah mengembangkan doktrin imamah yag tipikal. Kaum Zaidiyah menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi Muhamad SAW telah ditentukan nama dan orangnya oleh nabi,tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.

                Selanjutnya kaum Zaidiyah,seorang imam harus memiliki ciri-ciri sabagai berikut.pertama,ia merupakan keturunan ahl al-bait,baik melalui garis Hasan maupun Husein.Kedua, memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahan kan diri atau menyerang. ketiga, memiliki kecendrungan  intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan karya dalam bidang keagamaan.

3.    Doktrin-doktrin Syi’ah Zaidiyah Lainnya Penganut Syi’ah zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam neraka jika dia belum bertobat dengan pertobatan yang sesungguhnya.  Dan Zaidiyah menolak nikah mut’ah.


F. Syi’ah Ghulat

1. Asal-usul Penamaan Syi’ah Ghulat Istilah Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik. Syi’ah Ghulat adalah kelompok pendukung ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim (exaggeration).


Gelar ekstrim (ghuluw) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya yang janggal,yakni ada beberapa orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan juga ada beberapa orang yang dianggap Rasul setelah nabi Muhamad.

2. Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat

Menurut syahrastani,ada empat doktrin yang membuat mereka ektrim,yaitu tanasukh,bada’,raj’ah dan tasbih.moojan momen menambahkan dengan hulul dan ghayba.


Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat ke jasad yang lain. Bada’ adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya,serta dapat memerintahkan perbuatan kemudian memerintahkan yang sebaliknya.


Pandangan  Syi’ah Ghulat mempunyai beberapa arti. bila berkaitan dengan ilmu,artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang diketahui oleh Allah.Bila berkaitan dengan kehendak,artinya memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum yang diterapkan-Nya.Bila berkaitan dengan perintah,artinya memerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah sebelumnya.


Raj’ah ada hubungan dengan mahdiyah.Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.Tetapi Raj’ah dan Mahdiyah berbeda pendapatpendapat tentang siapa yang akan kembali. Tasbih artinya menyerupakan.Syi’ah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupai tuhan dengan makhluk.  Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat,berbicara dengan semua bahasa,dan ada pada setiap individu manusia.Hulul bagi Syi’ah Ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus di sembah. Ghayba(occultation) artinya menghilangnya imam Mahdi.Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa imam Mahdi itu ada didalam negri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.


DAFTAR PUSTAKA


Abdullah Amin, Filsafah Kalam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2010.

Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung. 2011.

A. Nasir Sahilun, Pengantar Ilmu Kalam, publisher : Rajawali Press. Jakarta, 2007.

M. Laily Mansyur, Pemikiran Kalam Dalam Islam, LPH. Publisher : Pustaka Firdaus in Associated With LSIK Jakarta, 2008.

Ahmad Sanusi. Filsafat Ilmu, Teori Keilmuan dan Metode Penelitian, Bandung: Program Pasca Sarjana IKIP Bandung, 2006.

Drs. Rizal Mustansyir m.hum, Drs.Minsal Munir M.Hum. Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar. 2001.

Siradjudin Abbas, 40 Masalah Agama Islam Masalah Salaf dan Khalaf. Perkasa, Jakarta. 2009



[1] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2011. Hal 89


[2] K.H. Siradjuddin Abbas, I’itiqad Ahlussunnah Wal-Jama’ah, Jakarta. 2001. Hal 92

[3] Muhammad Abu Zahra, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, terj Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Logos, Jakarta, 1996. Hal 34

[4] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003. Hal 90


[5] Syed M. Askari Jafari, Gold Profile of Imam Ali, Pustaka IIMan, Depok,2007. Hal 99


Advertisement

0 Response to "MU’TAZILAH DAN SYI’AH"

  • Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten.
  • Komentar yang tidak diperlukan oleh pembaca lain [spam] akan segera dihapus.
  • Apabila artikel yang berjudul "MU’TAZILAH DAN SYI’AH" ini bermanfaat, share ke jejaring sosial.
Konversi Kode